Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan gas bumi sebagai sumber energi rumah tangga mulai menjadi perhatian utama di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu inovasi yang mendukung pemanfaatan energi ini adalah pemasangan jaringan gas bumi melalui pipa bawah tanah — yang sering kali ditandai dengan warna kuning mencolok.

Program jaringan gas bumi (jargas) menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menyediakan akses energi yang lebih efisien, terjangkau, dan ramah lingkungan kepada masyarakat. Melalui sistem ini, gas bumi dapat langsung dialirkan ke rumah warga, menggantikan kebutuhan akan gas elpiji dalam tabung.

Namun, tidak sedikit masyarakat yang masih belum memahami apa sebenarnya jaringan gas bumi itu, bagaimana cara kerjanya, apakah aman, dan apa manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan mengulas secara lengkap mengenai jaringan gas bumi — mulai dari pengertian, sistem kerja, manfaat, hingga proses pemasangannya di lingkungan rumah tangga.

Dengan memahami hal ini, diharapkan masyarakat dapat lebih siap menerima perubahan positif dalam penggunaan energi, sekaligus mendukung program transisi energi bersih di Indonesia.

Foto Gas Bumi source : google
Foto source : Google.com

Apa itu Gas Bumi?

Gas bumi adalah salah satu sumber energi yang berasal dari alam, tepatnya dari dalam perut bumi.  Gas bumi terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan purba yang terjebak selama jutaan tahun, lalu berubah menjadi gas karena tekanan dan suhu tinggi di dalam tanah. Kalau kamu pernah dengar istilah “gas alam” atau “natural gas”, itu sama dengan gas bumi.

Gas bumi ini bersih, tidak berbau menyengat, dan lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar lain seperti batu bara atau minyak. Karena itu, penggunaannya makin digalakkan, terutama untuk kebutuhan rumah tangga, transportasi, dan industri.

Jaringan Gas Bumi
Jaringan Gas Bumi

Lalu, apa Jaringan Gas Bumi?

Jaringan gas bumi adalah sistem distribusi energi berupa gas alam yang dialirkan melalui pipa bawah tanah langsung ke rumah warga. Sistem ini memungkinkan masyarakat menggunakan gas untuk memasak, memanaskan air, atau kebutuhan lainnya tanpa harus membeli tabung LPG.

Gas dialirkan dari sumbernya, diproses dan dimurnikan, lalu disalurkan melalui jaringan pipa ke pemukiman, di mana setiap rumah akan memiliki meteran gas untuk mengukur konsumsi. Program jaringan gas bumi atau jargas merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk:

  1. Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak dan LPG tabung.

  2. Menyediakan energi alternatif yang lebih murah, bersih, dan aman.

  3. Mendorong efisiensi subsidi energi.

  4. Mendukung transisi energi nasional menuju bauran energi yang lebih seimbang (gas bumi, batubara, EBT, dll).

Bagaimana Cara Kerja Jaringan Gas Bumi?

Jaringan gas bumi bekerja dengan mengalirkan gas alam dari sumbernya ke rumah warga melalui sistem pipa bawah tanah yang terintegrasi dan diawasi. Berikut prosesnya secara umum:

  1. Sumber Gas
    Gas bumi diambil dari ladang gas atau infrastruktur distribusi yang sudah ada. Gas ini bisa berasal dari jaringan pipa eksisting, fasilitas LNG, atau sumber lainnya.

  2. Stasiun Tekanan dan Pengukuran
    Sebelum dialirkan ke jaringan pemukiman, gas bumi akan masuk ke stasiun pengukuran dan pengatur tekanan. Di sini tekanan gas diturunkan agar aman untuk disalurkan ke rumah tangga.

  3. Distribusi Melalui Pipa Utama
    Setelah tekanan diatur, gas dialirkan melalui pipa distribusi utama (biasanya berwarna kuning) yang terpasang di bawah jalan atau trotoar di lingkungan perumahan.

  4. Pipa Sambungan Rumah (SR)
    Dari pipa utama, gas disalurkan ke masing-masing rumah melalui pipa cabang atau sambungan rumah. Setiap rumah akan dipasangi meteran gas untuk mencatat konsumsi gas.

  5. Jaringan Dalam Rumah
    Dari meteran, gas disalurkan melalui instalasi dalam rumah (biasanya ke dapur) dan langsung ke kompor atau alat lain seperti water heater. Semua sambungan harus sesuai standar dan dilakukan oleh teknisi bersertifikat.

  6. Pemantauan dan Keamanan
    Sistem ini dilengkapi dengan peralatan pengaman seperti katup otomatis (shut-off valve) yang akan menutup aliran gas jika terjadi kebocoran atau tekanan abnormal. Petugas juga melakukan inspeksi dan pemantauan berkala.

Jadi, gas bumi tidak datang dalam bentuk tabung seperti LPG, tapi mengalir terus-menerus seperti air PDAM. Ini membuatnya lebih praktis, aman, dan efisien untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

Manfaat Jaringan Gas Bumi

Berikut ini beberapa manfaat jaringan gas bumi, dibanding dengan LPG: 

  1. Lebih Hemat Biaya
    Gas bumi yang disalurkan melalui jaringan pipa memiliki harga yang lebih murah dan stabil dibandingkan LPG tabung. Ini tentu sangat membantu masyarakat, terutama rumah tangga berpenghasilan rendah.

     

  2. Praktis dan Nyaman
    Masyarakat tidak perlu lagi repot membeli, mengangkat, atau mengganti tabung gas. Gas mengalir langsung ke dapur melalui jaringan pipa, seperti halnya air PDAM.

     

  3. Pasokan Energi yang Stabil
    Jargas menyediakan aliran gas 24 jam nonstop, sehingga pengguna tidak perlu khawatir kehabisan atau menunggu pengantaran.

     

  4. Lebih Aman
    Sistem distribusi gas bumi menggunakan pipa bertekanan rendah dan sistem tertutup, dilengkapi alat pengaman seperti shut-off valve otomatis dan alat pendeteksi kebocoran. Instalasi juga dilakukan oleh teknisi bersertifikat, sehingga risiko kebakaran atau ledakan sangat minim.

     

  5. Ramah Lingkungan
    Gas bumi menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar lain seperti LPG, batu bara, atau minyak tanah. Ini mendukung upaya pemerintah dalam menjaga kualitas udara dan mengurangi dampak perubahan iklim.

     

  6. Mengurangi Beban Subsidi Pemerintah
    Dengan meningkatnya penggunaan jargas, maka ketergantungan pada LPG subsidi akan berkurang. Hal ini membantu pemerintah dalam mengurangi beban subsidi energi yang besar dan mengalokasikannya untuk sektor lain yang lebih produktif.

     

  7. Meningkatkan Akses Energi Nasional
    Jargas menjadi bagian dari upaya memperluas akses energi yang merata dan berkeadilan, terutama di wilayah padat penduduk dan dekat dengan sumber gas.

Kenapa Pemerintah Perlu Bangun Jargas?

Pembangunan jaringan gas bumi (jargas) merupakan langkah strategis pemerintah untuk menjawab ketimpangan antara ketersediaan sumber daya energi dan pola konsumsi energi masyarakat, khususnya di sektor rumah tangga dan usaha kecil.

Selama ini, sebagian besar rumah tangga dan pelaku UMKM di Indonesia masih sangat bergantung pada LPG bersubsidi. Ketergantungan ini menimbulkan beberapa persoalan:

  • Beban subsidi energi yang terus meningkat setiap tahun.
  • Ketidakstabilan pasokan dan harga LPG di tingkat konsumen.
  • Ketimpangan distribusi, terutama di daerah terpencil atau luar Jawa.
  • Risiko keamanan akibat penggunaan tabung dan sistem distribusi yang tidak seragam.

Padahal di sisi lain, Indonesia memiliki cadangan gas bumi yang sangat besar, baik yang sudah diproduksi maupun yang belum dikembangkan. Sayangnya, potensi besar ini masih belum dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan dalam negeri, terutama untuk konsumsi rumah tangga. Sebagian besar gas bumi justru diekspor atau digunakan untuk sektor industri besar.

Melihat kondisi ini, pemerintah merasa perlu hadir untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Salah satunya adalah melalui pembangunan jaringan gas bumi rumah tangga menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Program ini bertujuan agar masyarakat bisa mengakses energi yang:

  • Lebih murah dibandingkan LPG.
  • Lebih aman karena sistem distribusinya tertutup dan bertekanan rendah.
  • Lebih praktis karena gas mengalir langsung ke rumah, tanpa harus membeli dan mengangkut tabung.
  • Lebih ramah lingkungan, karena gas bumi menghasilkan emisi yang lebih rendah.

Pemerintah juga memprioritaskan pembangunan jargas di wilayah-wilayah yang berada dekat dengan sumber gas atau infrastruktur pipa yang sudah ada, sehingga lebih efisien secara biaya dan teknis.

Yang lebih penting, pemasangan jaringan ini tidak dikenakan biaya bagi masyarakat penerima manfaat. Hal ini diharapkan dapat mendorong percepatan transisi energi di tingkat masyarakat, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap energi bersubsidi yang kurang efisien secara jangka panjang.

Dengan jargas, pemerintah tidak hanya menyediakan akses energi, tetapi juga mendorong perubahan gaya hidup menuju energi yang lebih modern, bersih, dan berkelanjutan untuk masa depan Indonesia.